Perlukah Komunitas Penulis?

Sebagai bagian dari manusia yang notabene makhluk sosial, penulis juga butuh berinteraksi sesamanya. Sesama penulis perlu bertukar pikiran dan berbagi pengalaman. Perlu juga untuk saling belajar dan saling membantu satu sama lain. Pertanyaannya kemudian, apakah penulis perlu membuat komunitas tertentu alias komunitas penulis?

Ada dua jawaban yang bisa diajukan. Pertama, jika keberadaan komunitas penulis dimaksudkan untuk saling membantu satu sama lain dan untuk medium saling belajar, maka tidak ada halangan untuk membentuk komunitas. Dalam hal ini, para penulis bisa saling bekerja sama dan menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi oleh penulis di daerah tertentu. Komunitas untuk tujuan ini tentunya tidak perlu terlalu besar. Dengan beberapa penulis saja sudah cukup untuk membuat satu komunitas.  Bisa dalam bentuk komunitas menulis kecamatan, kabupaten, provinsi dan seterusnya tergantung kehendak dari anggota itu sendiri.

Kedua, jika keberadaan komunitas penulis nantinya justru sebagai medium “eksploitasi” atau sebagai lahan mencari keuntungan beberapa orang, maka komunitas semacam ini sama sekali tidak diperlukan. Sebaiknya para penulis tidak perlu bergabung dengan komunitas semisal ini sebab tidak dilandasi oleh visi bersama, tapi hanya sekadar komunitas untuk mencari keuntungan atau nama besar bagi sosok tertentu. Biasanya komunitas semacam ini digagas oleh beberapa orang dan kemudian mengajak para penulis lain untuk bergabung dalam kondisi sebagai anggota pasif yang tidak memiliki peran apa pun dalam komunitas.

Saya tergerak menulis hal ini setelah melihat kondisi di daerah saya, di mana sedang tumbuh semangat menulis dari beberapa anak muda terpelajar. Saya melihat mereka sedang menggagas lahirnya komunitas penulis di tingkat kabupaten. Dalam proses itu, saya juga melihat ketidaksamaan visi antara mereka. Kemudian, saya juga menangkap ada upaya “melegalkan” komunitas melalui persetujuan pemerintah setempat, di mana para pengurus komunitas akan dilantik oleh dinas tertentu. Bagi saya ini aneh. Kondisi semacam ini tentu akan berpotensi terjadinya “eksploitasi” dan “intervensi” dalam komunitas yang lahir nantinya.

Saya pribadi tidak pernah bergabung dengan komunitas menulis apa pun. Memang awalnya pernah terpikir untuk mengajak beberapa teman di daerah untuk membentuk komunitas, tapi setelah berpikir ulang, saya berkesimpulan bahwa komunitas dalam pengertian formal itu tidak terlalu penting. Kita tetap bisa membangun komunikasi sesama penulis tanpa harus bergabung dengan komunitas formal yang kaku dan tidak jelas arah tujuannya.

Alasan lain bagi saya untuk tidak bergabung dengan komunitas tertentu adalah soal kemerdekaan. Saya ingin tetap merasa merdeka dalam menulis tanpa harus terpengaruh oleh kepentingan tertentu. Sebab bagi saya pribadi menulis adalah kemerdekaan.

Post a Comment

0 Comments