Pengalaman "Manis" Mendaftar Beasiswa di BPSDM


Dari kecil sampai sekarang, saat usia saya mencapai 40 tahun, saya tidak pernah sekali pun mendaftar beasiswa. Saya ingat, di masa-masa dulu, di masa sekolah, di masa kuliah diploma (D II) dan sarjana (S1) saya tidak bisa mendaftar beasiswa karena almarhum ayah dan almarhumah ibu saya berstatus sebagai PNS.

Saat itu umumnya beasiswa diperuntukkan bagi mahasiswa “kurang mampu” sehingga saya tidak bisa mendaftar karena dianggap “mampu” oleh aturan yang berlaku.

Saat kuliah S2 saya juga tidak berurusan dengan beasiswa karena status saya sebagai PNS. Ada beberapa teman yang mengajak mendaftar beasiswa kala itu, tapi saya tidak ikut. Saya pikir, di zaman ini akan sulit mendapat beasiswa tanpa adanya relasi. Lagipula dari segi prestasi, saya juga nihil. Tidak ada yang dapat saya andalkan untuk mendapat beasiswa. Karena itulah saya tidak mendaftar.

Namun baru-baru ini saya mendapat kabar dari seorang teman bahwa Pemerintah Aceh sedang membuka kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan beasiswa melalui BPSDM (Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia).

Saya mendapat kabar ini sedikit terlambat karena selama ini saya memang sudah jarang sekali membaca koran, khususnya koran SI yang notabene adalah koran terbesar di Aceh. Mungkin saja informasi beasiswa ada di koran itu, tapi saya tidak membacanya.

Selama ini saya juga jarang membaca berita-berita dari media online dan juga jarang membuka Facebook. Apalagi grup-grup WA, jarang sekali saya buka. Untuk hal ini saya tidak punya alasan khusus, tapi hanya malas saja. Karena itulah saya ketinggalan info.

Setelah mendapat kabar tentang beasiswa dari teman secara tiba-tiba itu saya pun mulai berpikir. Di satu sisi saya malas mendaftar, namun di sisi lain saya pikir tidak ada salahnya mencoba. Akhirnya saya memutuskan untuk mendaftar.

Kira-kira hari kelima Ramadan saya baru menyiapkan berkas; mulai dari SKCK, surat kesehatan, surat bebas narkoba, legalisir ijazah dan cetak pas foto. Persiapan berkas-berkas itu baru selesai selama tiga hari karena ada t’ek kat’ok (kendala) sana sini.

Setelah semua berkas siap saya pun mulai mendaftar untuk formasi beasiswa S3 melalui website BPSDM pada 27 April 2020, empat hari sebelum penutupan. Hari pertama saya gagal mendaftar karena biodata dan berkas yang saya upload tidak bisa disimpan. Saya tidak tahu kenapa bisa demikian. Lagipula di formulir pengisian tidak ada petunjuk teknis tentang tatacara mengisi formulir.

Hari kedua saya kembali mendaftar. Saya coba mendaftar di pagi hari, gagal. Saya lanjutkan di siang hari, juga gagal. Saya terpikir bahwa kegagalan itu mungkin terjadi karena banyak orang yang mengakses website di siang hari. Akhirnya saya mencoba untuk mendaftar pukul 2 malam, tapi hasilnya sama, tetap gagal.

Gagal yang saya maksud adalah website tidak merespons ketika saya menekan tombol simpan dan ketika saya save website secara otomatis kembali ke login. Saya harus login lagi dan begitu seterusnya berulang-ulang.

Saya melanjutkan lagi pendaftaran pada hari ketiga, masih sama, gagal lagi.

Di hari terakhir, tanggal 30, saya mencoba menghubungi seorang teman yang sudah berhasil mendaftar untuk mencari solusi. Si teman kemudian memberikan dua nomor WA untuk melakukan konsultasi. Katanya nomor itu adalah saluran untuk komplain pendaftaran alias panitia.

Nomor yang satu memasang foto profil seorang perempuan, cantik. Saya pun mencoba mengirim WA ke nomor itu untuk komplain. Namun sayangnya pertanyaan saya baru dibalas setelah beberapa jam. Balasannya cukup singkat dan meminta saya untuk tidak menggunakan tanda baca (‘). Dia memberi contoh A’yuni harus ditulis Ayuni. Mendapat jawaban itu saya membalas bahwa nama saya Khairil Miswar, tidak ada tanda baca itu.

Saya membalas seperti itu karena saya pikir tanda baca itu tidak boleh ditulis di nama kita karena dia memberi contoh dengan Ayuni dan Ayuni adalah nama orang. Lalu saya kembali komplain kenapa pendaftaran gagal terus padahal saya isi sudah benar. Tapi sayang pemilik WA itu hanya membaca pesan saya, tapi tidak merespons.

Mendapat perlakuan seperti itu saya mencoba berhusnu dhan, bahwa dia mungkin sedang berzikir atau mengaji, karena itu dia tidak sempat membalas WA saya. Apalagi saat ini bulan Ramadan yang mesti banyak dihabiskan untuk ibadah. Dan membalas WA bukanlah ibadah. Mungkin begitu.

Selanjutnya saya melakukan komplain ke nomor satu lagi yang menggunakan foto profil BPSDM. Sayangnya setelah menunggu beberapa jam tidak ada balasan sama sekali. Lalu saya mengirim pesan kedua dengan sedikit “menusuk” tapi tetap tidak dibalas. Akhirnya saya kirim pesan ketiga sebagai jurus pamungkas. Baru kemudian WA saya dibalas. Katanya jangan ada penggunaan tanda baca (‘). Dia mencontohkan syari’ah harus ditulis syariah. Mendapat jawaban ini saya baru paham bahwa larangan penggunaan tanda baca itu bukan hanya pada nama, tapi pada semua kata atau kalimat dalam formulir.

Jam 23.30 saya baru bisa menyimpan semua formulir isian. Hanya tinggal satu dokumen lagi yang harus saya print out dan upload. Jam 23.50 baru selesai saya print out dan tanda tangan lalu saya mencoba upload, tapi tanpa babi-i (untuk tidak menyebut babibu) link pendaftaran itu pun kedaluarsa dan tidak bisa diakses lagi dan jam sudah menunjukkan pukul 12.05 malam. Harapan untuk mendaftar pun buyar seketika.

Lalu saya mencoba menanyakan solusi ke nomor WA BPSDM yang sejak awal malas membalas. Tapi sayang pesan saya tidak lagi terbaca.

Jadi kesimpulannya apa?

Kesimpulannya saya tidak menyalahkan siapa-siapa dalam hal yang saya anggap insiden ini. Dan saya yakin kesalahan itu pada diri saya sendiri yang tidak mencoba membangun relasi dengan pemilik WA tersebut. Seandainya saya kenal mereka, bukan tidak mungkin segalanya akan mudah.

Karena itu saya berharap agar Gubernur Aceh, Bung Nova Iriansyah bisa mempertimbangkan untuk menaikkan gaji atau honor kepada pemilik WA di BPSDM karena mereka telah melakukan yang terbaik untuk melayani pendaftar beasiswa seperti saya.

Dan ini adalah pengalaman termanis yang saya dapatkan karena kejadian ini terjadi pada saat saya baru pertama sekali mendaftar beasiswa.

Sukses terus untuk Bung Nova, semoga di Pilkada mendatang dapat kembali tampil sebagai jawara untuk melanjutkan program Aceh Carong yang selama ini mungkin terlihat mangai alias bangai kuadrat.

Post a Comment

0 Comments