Cara Menjadi Bawahan Yang Baik Versi Penjilat

Memasuki dunia kerja bukan hal mudah dan butuh perjuangan panjang. Dimulai dari belajar, mendapat ijazah, melamar pekerjaan, mengikuti tes dan proses-proses lainnya sampai kita dinyatakan lulus. Itu baru awal.

Kemudian, setelah diterima kita akan berhadapan dengan setumpuk pekerjaan, atau mungkin bertumpuk-tumpuk. Untuk menjalani fase ini juga tidak gampang. Butuh kesabaran walaupun terkadang beban kerja dan gaji tidak sesuai. Dalam kondisi ini hanya ada dua pilihan; bertahan atau keluar.

Nah, walaupun kita bisa keluar dari dunia kerja yang pernah kita masuki karena berbagai alasan, namun kita akan menemukan kesulitan baru, yaitu perjuangan baru untuk melamar kerja di tempat yang baru. Dan ini juga tidak mudah.

Dalam kondisi inilah terkadang orang-orang tertentu lebih suka memasuki dunia usaha yang rumit daripada dunia kerja yang terlihat sederhana tapi menyakitkan. Tapi memasuki dunia usaha juga tidak semudah kencing di celana. Juga butuh modal, keahlian khusus, proses dan perjuangan panjang. Akhirnya ramai orang yang tetap bertahan dalam dunia kerja.

Nah, bagi yang memilih bertahan di dunia kerja, baik sebagai karyawan perusahaan atau pun sebagai pegawai pemerintah, ada beberapa prinsip versi penjilat yang harus diamalkan secara konsisten.

Pertama, atasan atau bos adalah kebenaran tunggal dalam dunia kerja. Ini adalah prinsip agung yang harus senantiasa dijunjung. Melanggar prinsip ini berarti sama dengan menyalakan lampu merah yang muaranya adalah dipecat atau dikeluarkan. Jika ingin aman, maka tetaplah menjunjung prinsip mulia ini; bahwa tidak ada yang benar dalam dunia kerja selain atasan.

Kedua, bawahan adalah kesalahan dan kebodohan. Ini juga prinsip yang tak kalah agungnya dengan prinsip pertama. Jadi bagi siapa saja yang ingin bertahan dalam dunia kerja harus berpegang teguh pada prinsip ini. Di depan atasan harus senantiasa mengaku salah dan bodoh sebelum disalahkan dan dibodohi. Kalau kesalahan dan kebodohan datang dari pengakuan bawahan, atasan tidak akan marah. Beda halnya kalau kesalahan dan kebodohan itu datang dari tuduhan atasan. Atasan pasti marah. Kalau tidak marah dia tidak akan menuduh seperti itu. “Sebelum Bapak menyalahkan saya, sejak lahir saya memang sudah salah, Pak.” Sering-seringlah mengucapkan kalimat seperti itu.

Ketiga, perintah atasan itu sakral dan keramat. Ini prinsip ketiga. Karena perintah atasan itu sakral, maka tugas bawahan hanyalah melaksanakan, bukan mempertanyakan, apalagi sampai mendiskusikan. Jangan sekali-kali mendiskusikan perintah atasan walaupun perintah itu aneh dan janggal. Ingat bahwa atasan adalah kebenaran. Lagi pula janggal dan aneh itu hanya soal perasaan. Perasaan atasan tentu beda dengan bawahan. Jadi, ikuti saja segala perintah dan jangan membantah, walau dalam hati sekali pun.

Jika ketiga prinsip itu mampu diamalkan, maka hubungan dengan atasan akan tetap harmonis sehingga karier bawahan pun bisa menanjak. Dan bukan tidak mungkin suatu saat bawahan akan menjadi atasan.

Post a Comment

0 Comments