Tuwanku Diego Armando Maradona


Sosok Maradona adalah pesepak bola legendaris yang cukup populer di masanya. Dan semua tahu itu.

Dia terus menjadi legenda hingga hari ini.

Meskipun bukan penggemar bola, dan sampai saat ini masih kurang berminat dengan bola, tapi ketika masih remaja dulu, saya pernah bercita-cita ingin menjadi seperti Maradona, bintang sepak bola Argentina yang terkenal itu.

Tadi, selepas sarapan, saya membuka lembaran-lembaran majalah Kartini edisi Juli 1986.

                                                          Majalah Kartini, 1986

Tanpa sengaja (atau mungkin sengaja), saya menemukan satu lembar cuplikan tentang sosok Maradona di Majalah Kartini. Saya pikir cuplikan ini layak ditulis kembali.

Seperti dicatat Kartini, bintang sepak bola paling populer di masanya ini memiliki nama lengkap Diego Armando Maradona. Dia adalah maha bintang sepak bola dunia. Kala itu, namanya menjadi sebutan orang di seluruh dunia dan koran-koran menjadikan sosok Maradona sebagai berita utama.

Menariknya, sebagai majalah wanita, Kartini juga menyebut Maradona sebagai seorang pria yang menjadi incaran gadis-gadis cantik. Tidak hanya para gadis, para orang tua juga berharap agar anaknya kelak bisa menjadi seperti Maradona.

Dalam liputan Kartini disebutkan bahwa Maradona lahir pada 30 Oktober 1960 di Lanus Argentina. Maradona adalah putera pertama dari delapan anak yang dimiliki orang tuanya. Maradona hidup di desa miskin nan kumuh, Villa Viorito.

Orang tua Maradona adalah pria miskin yang bekerja sebagai buruh pabrik. Rumah mereka sangat sempit sehingga Maradona dan adik-adiknya terpaksa bermain di pinggir jalan.

Di Argentina sendiri kala itu hampir semua orang mencintai permainan sepak bola.

Maradona sering berlatih bola dengan adik-adiknya pada malam hari. Seperti dicatat Kartini, Maradona mengaku mengenal bola pada usia lima tahun. Dan sejak itu dia tidak pernah berhenti bermain bola.

Pada saat Maradona menginjak usia 9 tahun, ia diajak masuk klub bola Los Cebollitas di bawah bimbingan Francesco Cornejo.

Lima tahun kemudian karena bakatnya yang terus menanjak, Maradona direkomendasikan untuk memasuki divisi satu Argentinos Junior dan dua tahun selanjutnya ia meloncat ke divisi utama. Hebatnya lagi pada saat berusia 18 tahun, Maradona sudah bermain sebagai tim nasional.

Meskipun namanya sudah terkenal di mana-mana, Maradona tetap dikenal rendah hati, catat Kartini. Oleh teman-temannya, Maradona sering dipanggil dengan nama Claudia Villafane.

Pada saat namanya terpilih untuk persiapan Piala Dunia, Manajer Cesar Luis mencoret nama Maradona dengan alasan dia masih terlalu muda. Akibatnya Maradona kecewa dan marah kepada manajernya itu.

Majalah Kartini, 1986

Tapi bintang akan tetap menjadi bintang meskipun ia dibenamkan. Pada 1979 Maradona ditunjuk sebagai kapten kesebelasan tim junior untuk bertanding dalam Piala Dunia di Jepang dan sukses memperoleh juara.

Akibat kesuksesannya tersebut akhirnya Maradona menjadi incaran banyak klub. Tawaran demi tawaran pun datang membanjiri. Klub Barcelona Spanyol bahkan berani mentransfer 10 juta dolar untuk si bintang, Maradona.

Sejak saat itulah Maradona menjadi pemain termahal di dunia. Seorang pemuda miskin yang berkat usaha dan ketekunan telah berubah menjadi sosok kaya dengan penghasilan milyaran.

Namun, di periode selanjutnya bintang ini terjebak dalam narkoba dan obat-obatan yang merusak kariernya. Tapi hal ini tidak dicatat Kartini, karena peristiwa ini terjadi jauh setelah majalah itu meliput Maradona pada 1986.

Sebagai bukan penggemar bola, saya hanya tahu nama Maradona. Hanya Maradona. Sama halnya seperti tinju, saya hanya tahu Muhammad Ali dan Tyson. Dan dalam dunia bola, sehebat apa pun pemain lain (yang sebenarnya tidak pernah saya tonton), di memori saya hanya ada Maradona.

Ketika teman-teman saya memperbincangkan bola dengan menyebut nama-nama pemain top di kedai-kedai kopi, di kepala saya hanya ada Maradona. Ketika sesekali saya terjebak menonton bola, di pikiran saya hanya Maradona yang terkadang muncul mondar-mondir di pinggir lapangan.

Dan, sekarang legenda itu telah pergi. Meskipun saya tidak bisa mendoakannya, tapi nama Maradona tetap tersisa di sudut ingatan.

Selamat jalan Tuwanku Diego Armando Maradona!

Post a Comment

0 Comments