Seni Bertahan di Steemit

Source: [Psychologistworld](https://www.psychologistworld.com/freud/defence-mechanisms-list)

Tuan dan Puan Steemians…

Sampai saat ini, kondisi SBD masih “kritis” dan “memprihatinkan.” Naik turun hanya pada angka-angka itu saja. Kalau saya tidak salah hitung, kondisi ini telah berlangsung selama hampir lebih dua bulan terakhir.

Nilai SBD yang kurang menggembirakan ini telah berdampak pada naik turunnya semangat Steemian. Hal ini dapat dilihat dari maju mundurnya produksi konten yang dihasilkan Steemian dalam dua bulan terakhir.

Sebagian Steemian terlihat masih bertahan dengan tetap produktif menghasilkan konten setiap hari. Sebagian yang lain malah ada yang sudah “angkat” tangan dan menyatakan “pensiun” dari pentas Steem Blockchain. Ada juga sebagian Steemian yang melakukan *cooling down* sembari menunggu harga SBD kembali normal.

Bertahan, pensiun dan *cooling down di pentas Steemit adalah pilihan-pilihan yang dapat kita tentukan sendiri tanpa bisa diintervensi oleh siapa pun. Pilihan-pilihan ini adalah manifestasi desentralisasi Steem Blockchain.

Di sebalik itu, pensiunnya beberapa Steemian memang tidak hanya dipicu oleh harga SBD belaka, tapi juga dipengaruhi oleh faktor *upvote* yang jarang berlabuh. Ini adalah persoalan klasik yang dialami oleh hampir seluruh Steemian, termasuk saya.

Namun demikian, tidak sedikit pula Steemian yang mencoba melewati kondisi ini dengan santai. Pola santai ini sangat membantu kita untuk dapat bertahan, meskipun sekarat.

Dua bulan pertama sejak bergabung dengan Steemit, saya juga mengalami sendiri kondisi postingan yang kering tanpa *upvote.* Saya harus puas dengan angka 0,00 atau 0,02. Bahkan sampai sekarang, kondisi minus *upvote* juga masih terjadi, meskipun sudah agak jarang.

Namun demikian, saya mencoba untuk terus bertahan. Sejak bergabung dengan Steemit, saya terus menulis setiap hari minimal satu postingan, tanpa jeda. Pengakuan ini bukan omong-kosong dan masih tercatat rapi di platform berbasis blockchain. Untuk mengetahuinya, kita bisa melakukan pengecekan kapan saja melalui [steemd.com](http://steemd.com).

Bagi saya pribadi, hal ini tidak luar biasa, bahkan terlalu biasa. Sebelum mengenal Steemit saya sudah berlatih menulis setiap hari. Tidak semua tulisan yang saya tulis itu dibayar. Tapi saya terus saja menulis tanpa harus peduli apakah mendapat bayaran atau tidak.

Selain menulis di beberapa koran dan media online, saya juga menulis di blog, kompasiana, qureta dll. Sebagian koran cetak menyediakan bayaran ala kadar, sementara media online dan blog tidak menyediakan bayaran. Tapi saya terus saja menulis.

Kebiasaan ini akhirnya terbawa ke Steemit. Karena sudah “terlatih” menulis tanpa bayaran membuat saya tidak terlalu peduli apakah postingan saya mendapat *upvote* atau tidak. Namun sebagai manusia yang dititipkan rasa, kesedihan-kesedihan kecil tentu ada. Tapi hal tersebut tidak menjadi alasan untuk berhenti.

Saya terus saja memainkan seni bertahan. Menulis dan terus menulis “segila-gilanya.” Bagi saya, menulis adalah kenikmatan. Saya mencoba mempertahankan keyakinan bahwa tidak ada kerja yang sia-sia. Setiap usaha akan tetap dihargai pada waktunya. Tidak hari ini, besok. Tidak besok, lusa. Tidak lusa, lusa lagi, lagi, lagi dan lagi.

Untuk kondisi minus *upvote* dan nilai SBD yang “sakit,” kita harus tetap bertahan dan bertahan.

Source: [NST](https://www.nst.com.my/lifestyle/pulse/2017/09/277910/smart-parenting-train-yourself-be-happy)
Ada beberapa seni bertahan di Steemit yang dapat kita mainkan guna menepis kesedihan yang tidak perlu:

*Pertama*, menanamkan keyakinan bahwa setiap usaha akan dihargai pada waktunya. Soal waktu adalah “misteri,” sebab kita tidak pernah tahu kapan kejutan itu datang.

*Kedua*, jangan menjadikan Steemit sebagai satu-satunya harapan, tapi anggap saja ia sebagai hiburan kreatif untuk meraih kebahagian-kebahagiaan kecil. Jangan berhenti bekerja gara-gara Steemit, kecuali jika harga Steem sudah berada pada angka minimal satu juta per-Steem. *Haha*.

*Ketiga*, bagi yang hobi menulis, jadikan Steemit sebagai “buku catatan” untuk menulis hal-hal bermanfaat. Jika pun tidak mendapat *upvote* masih bisa dibukukan pada suatu waktu.

*Keempat*, tetap berselancar di media sosial lain seperti *facebook* guna mendapatkan hiburan pada saat postingan di Steemit dilanda “kekeringan.”

*Kelima*, segera bergabung dengan beberapa platform medsos lain yang berbasis reward sebagai penghibur untuk menenangkan hati ketika nilai postingan Steemit terlihat “menyesakkan” dada.

*Keenam*, dalam kondisi SBD yang “lemah daya,” setelah membuat postingan, segera ceburkan diri dalam aktivitas trading coin. Atau lakukan investasi pada saat harga Steem murah, seperti saat ini.

*Ketujuh*, jangan pernah menangis karena Steemit, sebab ini memalukan. *Hahaha*

Demikian dulu Tuan dan Puan Steemians, lain waktu disambung kembali…

Post a Comment

0 Comments