Mi Si Ned

Malam ini saya kembali berlabuh di kedai kopi kampung. Saya berencana menulis postingan singkat saja. Sebab selalu melarutkan diri dalam tulisan-tulisan panjang terkadang membosankan. Begitu pula halnya dengan mengikat diri dalam tulisan-tulisan pendek, juga menjemukan.

Setiba di kedai, saya langsung memesan kopi. Tadinya saya berpikir, segelas kopi ini akan mampu merangsang jari-jari saya untuk menulis. Ternyata dugaan itu salah.

Tanpa menunggu lama, saya langsung memperbaiki kesalahan. Saya mencoba memesan mi ribus. Saya yakin, mi ini akan sangat membantu untuk menyelesaikan tulisan. Ternyata benar. Setelah menikmati mi rebus buatan si Ned, saya pun terbebas dari rasa malas.

Di kampung saya, mi si Ned ini memang lumayan terkenal. Padahal, cuma mi instan yang direbus dengan air putih tanpa bumbu. Cuma saja, kelebihan si Ned, setelah merebus, air rebusan mi itu dibuang dan kemudian diganti dengan air lain.

Sebenarnya saya sedang dalam program diet, tapi mi Ned terlalu menggoda. Saya pun menggagalkan program itu untuk malam ini.

Saya tidak tahu dari mana dia mendapat resep ini. Yang jelas, mi buatan si Ned, lengkapnya si Juned, yang namanya hampir mirip dengan si @ned ini cukup nikmat.

Malam ini saya harus berterima kasih kepada si Ned karena mi buatannya telah membantu saya menyelesaikan tulisan ini. Cara saya berterima kasih kepada si Ned dengan membayar sejumlah enam ribu rupiah, pengganti harga mi.

Post a Comment

0 Comments