Sejenak Bersama Nazar Shah Alam

Pagi tadi, seperti biasa, sepulang kerja, saya mendarat di WD Coffee. Sebelumnya saya sudah berjanji dengan @miswarizawiyah, si “Filsuf Terakhir” untuk mengecap kopi di kedai itu.

Setiba di WD, Miswari sudah menunggu di sebuah pojok. Saya sengaja tidak mendekat, sebab tanpa sengaja, saya juga berpapasan dengan @cutlem, Redpel Pikiran Merdeka.

Saya pun duduk bersama @cutlem dan mengajak Miswari untuk pindah tempat dan merapat ke satu meja. Tanpa merasa keberatan, si “Filsuf Terakhir” itu pun bergerak ke meja kami.

Kemudian berbincang-bincanglah kami tentang apa saja, mulai dari soal dagang kolor sampai dengan Revolusi Iran, 39 tahun lalu. Kurang lebih satu jam kami berbincang, Arief Maulana alias @cutlem pun pamit.

Diskusi saya dengan Miswari terus berlanjut. Dosen IAIN Langsa yang sehari-hari jualan kolor ini berkisah tentang banyak hal. Pada saat dia diam, saya ganti bicara. Kami terlibat dalam gosip tentang Wahhabi, Syiah, Liberal, Sekuler, Komunis dan entah apa lagi. Pokoknya banyak.

Ketika kami sedang larut dalam bincang sembari mengecap kopi, tiba-tiba “segerombolan” anak muda tampak memasuki WD Coffee.

@miswarizawiyah, @tinmiswary & @gulistan

Di barisan paling depan seorang laki-laki terlihat berjalan gagah. Wajahnya tidak asing. Saya langsung mengadang dan mengajak lelaki itu duduk bersama kami.

Lelaki berambut gondrong itu bernama Nazar Shah Alam. Saya tidak tahu, apakah itu nama aslinya atau bukan. Dulu, saya sering membaca beberapa cerpennya di rubrik Budaya, Serambi Indonesia.

Nazar yang menggunakan nama @gulistan di Steemit pun duduk merapat. Vocalis @apache19 ini akhirnya juga terlibat diskusi liar bersama kami. Karena beliau seorang penyanyi, diskusi pun menjalar ke dunia musik.

Ini adalah pertemuan pertama saya dengan @gulistan. Sebelumnya saya pernah berpapasan dengan beliau di Banda Aceh, tepatnya di Markas @acehtrend, tapi tidak sempat bicara, sebab kondisi hiruk-pikuk.

Dari perbincangan kami yang cukup liar, ada satu hal yang kami sepakati. Kami sama-sama menjadikan Steemit sebagai medium untuk menumpahkan pikiran-pikiran merdeka. Sehabis-habisnya.

Menjelang jam 4 sore, @gulistan pamit untuk beristirahat. Malam ini dia mengisi acara konser di Bireuen.

Akhirnya, tinggalah saya dan Miswari, melanjutkan gosip.

Post a Comment

0 Comments