Nasionalisme Kerupuk Cangek

Nasionalisme adalah kecintaan kepada bangsa dan tanah air. Ini adalah definisi paling singkat untuk memahami terminologi nasionalisme, sebuah ungkapan yang sering kali terucap dari mulut kita dan juga mulut pemimpin kita.

Definisi ini sudah lebih dari cukup untuk menjelaskan kata itu secara tepat, singkat dan padat tanpa perlu melenakan diri dalam teori panjang lebar yang justru  menambah kebingungan. Padahal substansi nasionalisme hanya terletak pada kasadaran untuk mencintai tanah air tempat kita lahir, hidup dan untuk kemudian mati.

Anehnya, sebagian kita justru mempersempit nasionalisme hanya pada kemampuan kita menyanyikan lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri atau Garuda Pancasila. Ada pula sebagian lainnya yang mengaitkan nasionalisme dengan semarak perayaan HUT Kemerdekaan.

Lagu Indonesia Raya, Padamu Negeri dan Garuda Pancasila bukan nasionalisme, tapi hanya instrumen simbolik untuk memperteguh nasionalisme kita sebagai sebuah bangsa. Dengan demikian, kita tidak boleh sembarangan menuduh orang-orang yang tidak  mampu melantunkan lagu-lagu wajib nasional sebagai tidak nasionalis. Siapa yang berani memastikan bahwa Teungku Chik Ditiro, Cut Nyak Dhien, Kapitan Pattimura, Sisingamangaraja dan Tuanku Imam Bonjol hafal lagu Indonesia Raya? Apakah mereka tidak nasionalis?

Demikian pula dengan semarak perayaan HUT RI melalui parade dan karnaval juga bukan nasionalisme substantif, tapi hanya medium untuk mengeskpresikan kegembiraan karena tanah air kita telah terbebas dari kolonialisme. Dengan demikian, tidak pada tempatnya jika kita menuduh orang-orang yang tidak berkecimpung dalam seremonial ini sebagai tidak nasionalis.

Jawa Pos

Nasionalisme adalah kesadaran batin yang kemudian menemukan wujudnya dalam tindakan pengabdian untuk tanah air. Melalui pengabdian inilah nasionalisme terwujud dalam realitas, bukan sekadar slogan dan yel-yel belaka.

Ada banyak ruang pengabdian untuk mengukuhkan rasa nasionalisme. Rasa nasionalisme tidak hanya didominasi oleh angkatan bersenjata yang gagah dengan seragamnya. Nasionalisme tidak hanya dimonopoli oleh pejabat-pejabat pemerintah dengan pakaian kebesarannya. Nasionalisme bukan dengan cara mengikat bendera merah putih di kepala kemudian berlari-lari di jalan raya.

Seorang guru honorer yang mengajarkan anak-anak bangsa di pedalaman dan pelosok negeri dengan ikhlas  adalah seorang nasionalis. Seorang dokter yang bertahun-tahun melayani pasiennya juga nasionalis. Seorang pengusaha yang memberi peluang kerja kepada anak-anak bangsa adalah nasionalis. Seorang atlet yang mengharumkan nama bangsanya di pentas dunia juga nasionalis. Bahkan petugas kebersihan yang setiap hari memungut sampah pun seorang nasionalis meskipun seumur hidupnya tidak pernah ikut upacara bendera.

Sekali lagi! Nasionalisme adalah kesadaran untuk mengabdi sepenuh hati. Nasionalisme bukan seremoni makan kerupuk cengek yang diakhiri dengan serdawa! Sebab yang keluar hanya angin.

Post a Comment

0 Comments