Siapa Pembaca di Steemit?

Secara umum, tulisan itu ditulis untuk dibaca. Saya kira ini adalah pendapat *jumhur* dalam dunia kepenulisan. Kuat dugaan, kita akan sepakat dengan pernyataan ini.

Penulis artikel di koran, majalah, jurnal atau penulis buku sekali pun, tentu berharap buah pikirannya itu dibaca orang. Ini adalah harapan umum yang terpacak di benak setiap penulis, termasuk penulis pengumuman, seperti pernah disentil @abuarkan dalam salah satu tulisannya di platform ini.

Kita pun begitu, pasti ada harapan besar agar tulisan yang telah kita hasilkan dengan susah payah itu nantinya dibaca orang lain, minimal oleh teman dekat, saudara atau kekasih hati. Ini adalah harapan yang wajar.

Seburuk apa pun tulisan kita di koran, majalah, jurnal, buku atau mungkin papan pengumuman sekali pun, pasti akan terbaca oleh siapa saja yang merasa punya kepentingan.

Bagaimana dengan tulisan di Steemit? Sebagai media sosial, tulisan di platform ini juga akan dibaca oleh para penggunanya.

Siapa pembaca tulisan di Steemit? Siapa saja yang merasa membutuhkannya.

Namun demikian, berbeda dengan media lain, di Steemit, membaca adalah urusan kedua setelah sebelumnya melakukan *upvote*. Dengan kata lain, bagi penulis Steemit, harapan agar tulisannya dibaca orang telah berkurang menjadi 50%. Sementara sisanya telah beralih pada harapan mendapat *upvote.*

[Google.com](http://google.com)
Bahkan (mungkin) ada sebagian penulis yang hanya berharap *upvote* tanpa peduli apakah tulisannya dibaca atau tidak. Dengan kata lain, *upvote* lebih penting, sebab ia bermuara pada *reward*, sementara “terbaca” hanya memberi kepuasan “semu.”

Di Steemit memang terjadi sedikit “pergeseran” tujuan, di mana tujuan menulis tidak hanya untuk dibaca, tapi juga untuk *reward*. Dan memang keduanya dapat berjalan beriringan.

Post a Comment

0 Comments