Netizen dan Kepribadian Ganda

Tulisan ini masih berkaitan dengan media sosial, khususnya medsos “maensteam” seperti facebook. Fenomena medsos ini tidak akan ada habis-habisnya diulas. Sepintas memang membosankan, tapi jika dicermati beberapa pintas, topik ini justru membutuhkan pembaruan yang terus menerus.

Dalam tulisan tak penting kali ini, kita akan mencoba mendeteksi beberapa perilaku pengguna medos yang lazim disebut netizen. Karena topik perilaku ini terlalu luas, kita akan membatasinya hanya pada persoalan kepribadian ganda.

Seperti diketahui, kajian tentang kepribadian ganda ini juga cukup luas dan panjang lebar. Sebab itu, saya ingin menyederhanakan topik ini tanpa harus menceburkan diri dalam teori-teori pelik yang membingungkan.

Kepribadian ganda di medsos adalah dua bentuk sikap netizen yang tampak kontradiktif. Dalam terminologi teologi mungkin mirip-mirip dengan istilah “munafik.”

Kepribadian ganda di medsos adalah penyakit mental yang harus disembuhkan. Jika penyakit ini dibiarkan, maka ia akan semakin parah sehingga “pasiennya” terancam kehilangan kepribadian sama sekali.

Kita tentu sering menemukan pengidap kepribadian ganda ini di belantara medsos dengan ragam model, bentuk dan pelakunya. Sepintas mereka terlihat layaknya manusia normal, tapi pada kenyataannya mereka manusia “sakit.”

Di dunia nyata kita bisa duduk semeja dan bercengkerama sambil ngopi, tapi di medsos dia tampil sebagai sosok kurang ajar yang siap mencela dan memaki kita hanya karena perbedaan pandangan tentang sesuatu. Kejahatan minimal yang dia lakukan adalah mendukung para pemaki kita melalui tombol like atau bahkan love.

Ada juga teman kita yang memaki kita di lapak netizen lain dengan kalimat-kalimat bau anyir. Dipikirnya medsos itu buku diary yang bisa ia sembunyikan di laci. Palehnya dia selalu menebar senyum ketika bertemu di dunia nyata.

Saya pribadi memilih memutuskan pertemanan dengan manusia-manusia sakit serupa ini. Bahkan beberapa “pasien” berkepribadian ganda ini saya “acuhkan” di dunia nyata. Pernah suatu ketika si teman yang suka memaki di “belakang” mengajukan tangan untuk berjabat; tangan itu pun saya “tampar” dan saya pun berlalu pergi.

[Mystique](mystique.cafeblog.hu/2015/10/06/szemelyisegzavarok/)
Mungkin Tuan dan Puan akan menganggap saya lebay atau bahkan jahat karena memutuskan pertemanan dengan mereka. Tapi, bagi saya, perlakuan semacam itu justru menjadi salah satu bentuk pengobatan agar ia segera menemukan kesembuhan.

Memutuskan pertemanan dengan pengidap kepribadian ganda adalah kasih sayang dalam bentuk yang lain kepada mereka.

Jika pengidap kepribadian ganda itu adalah kita sendiri, maka segera sarankan teman-teman untuk bertindak serupa agar kita pun sembuh.

Post a Comment

0 Comments