Politisi dan Kebaikan Semu

Di musim-musim pemilu jumlah orang-orang baik biasanya akan bertambah secara signifikan. Hal ini dapat kita saksikan sendiri di lingkungan kita masing-masing.

Tanpa perlu melakukan riset khusus, hampir dapat dipastikan bahwa kemunculan orang-orang baik ini memiliki kaitan erat dengan suksesi pemilu. Dengan kata lain, penambahan orang-orang baik ini akan terjadi lima tahun sekali. Mereka muncul pada saat menjelang pemilu dan akan hilang tiba-tiba setelah pemungutam suara selesai.

Sebagai masyarakat yang hidup di alam demokrasi, kita tidak perlu pura-pura terkejut melihat fenomena ini, sebab ia hanyalah fenomena biasa yang akan terus berulang di musim pemilu.

Di musim pemilu banyak digelar kenduri-kenduri besar dengan dalih kepedulian kepada fakir miskin. Para calon kepala daerah atau calon legislatif biasanya akan mengalokasikan sejumlah dana kampanye untuk membantu fakir miskin dan anak yatim di daerah masing-masing. Fakir miskin dan anak yatim ini nantinya akan diminta berdoa untuk kemenangan para politisi.

Pembangunan rumah ibadah yang dulunya terkendala, memasuki masa kampanye biasanya akan banjir bantuan. Para oknum politisi berlomba-lomba memberikan sumbangan dengan harapan nama mereka diumumkan “besar-besar” sebagai donatur melalui corong-corong masjid.

Bahkan uniknya lagi ada sebagian oknum politisi yang menyediakan ambulan gratis bagi pasien tidak mampu. Ambulan yang sudah ditempeli stiker politisi ini hilir-mudik mencari pasien untuk diangkut ke rumah sakit tanpa dikenakan biaya.

Dalam rentang waktu singkat (saat pemilu) kemunculan orang-orang baik semisal di atas memang sangat membantu masyarakat, di mana mereka berlomba-lomba memberi pelayanan kepada masyarakat. Tapi sayangnya kebaikan yang ditunjukkan oleh sebagian oknum politisi itu hanyalah kebaikan semu yang akan segera berakhir ketika pemilu usai.

Post a Comment

0 Comments