Perokok Santun dan Perokok Kurang Ajar

Saya tidak bisa berbohong apalagi sampai harus menutupi kalau saya adalah perokok. Perkenalan saya dengan rokok dimulai ketika saya menginjakkan kaki di bangku kuliah, tepatnya pada tahun 1999.

Sebelumnya saya bukanlah perokok dan bahkan pernah berharap agar saya tidak sampai berhubungan dengan rokok. Di usia-usia sekolah, meskipun sebagian besar teman-teman saya sudah belajar merokok, namun saya tetap bertahan untuk tidak merokok sebatang pun. Sama sekali saya tidak tergoda dengan bujukan teman-teman untuk mengisap lintingan tembakau.

Saat itu saya masih cukup rajin olahraga, khususnya karate dan pencak silat. Saya juga aktif di Pramuka. Beberapa aktivitas ini sangat membantu saya untuk menghindari rokok.

Namun semuanya berubah ketika saya lulus sekolah. Semester pertama kuliah di Banda Aceh, saya masih bisa bertahan untuk tidak merokok dengan tetap berolah raga. Tapi, pada suatu hari sepupu saya meminta saya untuk membeli rokok. Karena dia lebih tua maka permintaanya saya turuti.

Besoknya, ketika saya hendak ke kedai Darussalam untuk membeli makanan, sepupu saya kembali menitip sejumlah uang untuk dibelikan rokok. Seperti biasa permintaannya selalu saja saya turuti.

Di bulan-bulan pertama membeli rokok, saya tetap masih konsisten dengan sikap awal, bahwa saya tidak boleh merokok. Tapi setelah menjelang sekira tiga atau empat bulan, saya sudah mulai mencoba sebatang. Besok sebatang lusa sebatang dan seterusnya. Akhirnya tanpa terduga sebelumnya, saya pun menjelma sebagai perokok yang lumayan aktif.

Selama hampir lima belas tahun saya menghabiskan satu sampai dua bungkus rokok perhari. Rokok pertama yang saya kenal adalah Star Mild, kemudian beralih ke Surya 16. Saya lama bertahan di Surya 16 sampai kemudian beralih ke Sampeorna Mild. Beberapa tahun setelah itu saya berpindah lagi ke Dji Sam Soe. Tepat pada tahun 2009 saya beralih ke Marlboro Light sampai saat ini.

Dalam lima tahun terakhir, sejak 2014 saya berusaha mengurangi rokok. Tidak lagi menghabiskan dua bungkus, tapi mencoba bertahan satu bungkus atau kurang dari itu. Saya terus berusaha menekan alias mengurangi aktivitas merokok. Namun begitu sampai saat ini saya masih berstatus sebagai perokok.

Meskipun saya adalah perokok, namun saya sangat muak kepada beberapa oknum perokok yang kurang ajar. Mereka adalah orang-orang yang merokok di ruangan tertutup, di angkutan umum, di masjid, di depan anak kecil dan di depan perempuan. Bagi saya perokok seperti itu masuk kategori kurang ajar.

Selama menjalankan aktivitas merokok hampir dua puluh tahun, saya selalu berusaha sesantun mungkin. Saya menghindari merokok di depan anak-anak, perempuan, ruangan dan angkutan umum. Jika bertemu dengan orang-orang yang tidak merokok, saya akan meminta izin untuk merokok. Jika diizinkan saya akan merokok, jika tidak mendapat izin, saya akan bersabar atau berpindah tempat.

Adapun di depan orang-orang yang anti rokok, saya sama sekali tidak akan merokok. Saya sering berdiskusi dengan beberapa orang Salafi yang anti rokok, di hadapan mereka saya sanggup untuk tidak merokok berjam-jam lamanya.

Bagi saya merokok adalah kesenangan dan hiburan. Dengan demikian sebisa mungkin saya akan menghindari menganggu kebahagiaan orang-orang yang tidak merokok.

Post a Comment

0 Comments