Kehidupan ini memang unik. Penuh dengan warna warni yang tidak semuanya kita mengerti. Ada banyak misteri yang membentang bersama makna-makna yang tersembunyi. Sebagian dapat terungkap dan sebagian lainnya tetap gelap.
Salah satunya adalah misteri ucapan selamat dan pajangan papan bunga. Sepintas ia terlihat biasa saja. Namun jika dicermati, laku-laku itu justru mengandung misteri dalam bentuk tanda tanya yang sulit dijawab.
Dalam banyak kondisi mengucapkan selamat kepada orang-orang yang kita kenal adalah lumrah saja. Terlebih lagi jika orang yang dekat dengan kita tersebut sedang menghadapi momen-momen terbaik dalam hidup mereka.
Resepsi perkawinan, kelahiran anak pertama, kelulusan kuliah, mendapat pekerjaan, kemenangan dalam lomba, pengangkatan sebagai pejabat, peresmian usaha baru dan peristiwa serumpun lainnya adalah momen-momen paling membahagiakan bagi yang mengalaminya. Dalam momen-momen inilah ucapan selamat sering kali bermunculan dari orang-orang terdekat sebagai wujud perhatian atau bahkan kebanggaan. Kondisi ini terbilang wajar, khususnya dalam konteks kehidupan sosial.
Namun begitu, di luar sana kita juga menjumpai puluhan, ratusan atau bahkan ribuan ucapan selamat yang dipersembahkan kepada sosok-sosok tertentu; bukan karena kedekatan atau pun wujud perhatian, tapi justru untuk menarik simpati dari sosok-sosok yang dianggap sukses tersebut.
Kita tentu sering menyaksikan ucapan selamat yang terpampang di papan bunga yang dipajang di depan kantor-kantor pemerintah pada saat berlangsungnya acara pelantikan pejabat tertentu. Ucapan serupa juga tercetak di surat-surat kabar. Untuk ucapan selamat semacam ini mereka rela mengeluarkan sejumlah biaya.
Pertanyaannya, apakah ucapan selamat serupa itu adalah wujud keikhlasan sebagai penanda bahwa mereka turut berbahagia atas momen tersebut? Jika ia, kenapa mereka tidak menjumpai langsung orang tersebut dan mengulurkan tangan sembari mengucap: “Selamat, Pak.”
Atau justru mereka sedang melempar umpan kepada para pejabat yang dilantik agar nama mereka masuk dalam catatan? Di sinilah misteri itu bersemayam.
Pertanyaanya lagi, kenapa ucapan selamat di papan bunga dan koran-koran itu sering muncul dalam momen-momen pelantikan? Dan kenapa cuma pejabat yang disasar? Bukankah di luar sana masih banyak kebahagiaan lain yang patut diberi ucapan selamat?
Masih ada lagi pertanyaan lain, kenapa pada acara pemecatan atau saat berakhirnya jabatan itu tidak ada ucapan di papan bunga atau di koran-koran? Di sini juga ada misteri.
Idealnya, jika saat dilantik ada ucapan selamat sebagai wujud kebahagiaan, maka saat dipecat atau berakhirnya jabatan pun harus ada ucapan duka-cita sebagai manifestasi kesedihan. Tapi kenapa ucapan semisal ini tidak pernah ada?
0 Comments