Kebakaran Hutan dan Manusia Berengsek

Tidak semua pemilik otak itu mampu berpikir. Dan yang kita bicarakan ini bukan hewan, tapi manusia. Tegasnya masih ramai manusia yang enggan berpikir. Untuk membuktikan tuduhan ini tentu ada banyak sekali contoh yang dapat diajukan.

Dalam beberapa hari ini kita dihebohkan dengan kabut asap yang melanda beberapa wilayah di Indonesia, khususnya wilayah Sumatera dan Kalimantan. Kononnya kabut asap itu berasal dari kebakaran hutan. Entah kebakaran atau dibakar?

Ada banyak sekali media mengabarkan tentang kebakaran hutan itu. Namun anehnya pemerintah terlihat menyikapinya dengan santai. Bahkan kononnya ada oknum pejabat negara yang menyikapi enteng saja — bahwa asap itu takdir Tuhan. Jawaban semisal itu tentu konyol dan bahkan bodoh. Tanpa diberitahukan kita pun tahu bahwa apa pun yang terjadi di dunia ini tidak terlepas dari takdir Tuhan. Tapi menyalahkan Tuhan atas kebakaran hutan adalah sikap kurang ajar. Kenapa? Karena kita telah berpaling dari tanggung jawab kita untuk menjaga hutan. Bukankah Tuhan melarang merusak lingkungan, termasuk hutan?

Ada pula beberapa oknum lain yang berada di lingkar kekuasaan yang mengatakan kabut asap itu tak separah laporan media. Orang-orang seperti ini sama berengseknya dengan orang-orang yang menuduh Tuhan. Kenapa? Karena mereka munafik dan menutup mata pada kenyataan. Atau mungkin karena asap itu belum sempat masuk ke paru-paru anaknya, istrinya atau mungkin kekasih gelapnya.

Di luar dua manusia tolol itu masih ada lagi manusia konyol lain. Mereka menyamakan asap kebakaran hutan dengan asap rokok. Mereka mengejek para perokok yang disebutnya pura-pura pakai masker padahal sudah sering menghirup asap. Dan di waktu bersamaan mereka justru membela para “kapitalis pembakar hutan.” Ini adalah ketololan paling besar abad ini. Tapi mereka tidak sadar atau mungkin pura-pura gila.

Mereka semua seperti tidak peduli keperihan yang dirasakan anak-anak bangsanya dan menjadikan kebakaran hutan sebagai lelucon sembari membuat meme-meme biadab yang menyakitkan.

Nanti kalau kepulan asap itu sudah masuk istana, sudah mengisi ruang-ruang kantor DPR dan sudah menyebar ke kamar-kamar pejabat barulah mereka percaya bahwa asap kebakaran hutan itu bukan sekadar takdir, bukan hoax dan tidak sama dengan asap rokok. Kurang ajar!

Post a Comment

0 Comments