Tulisan yang Gagal Mojok

Beberapa hari lalu, saya mengirim satu artikel singkat ke mojok.co dengan tajuk “Tersangka Koruptor Hanya Soal Giliran.” Ini adalah artikel pertama yang saya kirim ke redaksi Mojok. Tapi, sayangnya, setelah menunggu beberapa hari artikel ini ditolak oleh pihak redaksi.

Sebelum mengirim, saya memang kurang yakin artikel ini akan dimuat. Salah satu sebabnya, mungkin artikel saya terlalu tendensius dan terbawa emosi. Dan saya sudah menyadarinya dari awal. Tapi, tetap saya paksakan untuk mengirim. Ini adalah salah satu penyakit saya yang tak sembuh-sembuh.

Sebelumnya, saya memang tidak pernah berniat mengirim tulisan ke Mojok. Sebab selama ini, sebuah media online lokal, @acehtrend, yang diasuh @rismanrachman, sudah memberi ruang kepada saya untuk menulis artikel dengan irama khusus (mirip-mirip mojok) di kolom Tuanku Nan Kacau.

Saya pikir, mau di Mojok atau aceHTrend sama saja. Yang penting pesan bisa tersampaikan. Tapi kenapa kemudian saya mengirim ke Mojok? Saya tidak konsisten? Bukan.

Email balasan Mojok

Tujuan saya mengirim ke Mojok hanya ingin menanggapi tulisan Mojok sebelumnya yang ditulis Nandar Winar Sagita.

Kenapa saya ingin menanggapi? Sebab dalam tulisan itu dia ada menyebut Aceh dan menyinggung Gubernur Aceh yang ditangkap KPK. Di sini saya merasa terpanggil untuk memberikan sedikit penawar kepada Sagita.

Tapi, sebagai penulis, kita hanya bisa menulis dan mengirim. Selebihnya urusan redaksi. Sebab setelah email terkirim, tugas penulis sudah selesai.

Mungkin saja alasan tulisan saya tidak dimuat karena saya terlalu memojokkan Sagita. Upaya memojokkan ini sudah saya lakukan di paragraf pertama. Mungkin pihak redaksinya terkejut, kenapa terlalu cepat memojokkan?

Artikel pertama yang saya kirim ke Mojok

Apakah saya kecewa tulisan saya tidak dimuat di Mojok? Jujur saja, saya bukan kecewa tulisan tidak dimuat, tapi saya kecewa karena tidak bisa mengomentari tulisan Sagita di Mojok.

Lalu, apakah insiden ini akan membuat saya berhenti lompat ke Mojok? Tampaknya tidak. Karena sudah “terlanjur” melompat di tulisan pertama, maka saya harus terus melompat melalui tulisan selanjutnya, sampai lompatan saya jatuh di sasaran. Ini juga penyakit saya yang belum ada tanda-tanda akan sembuh.

Post a Comment

0 Comments