Kenapa Ada Orang Cerdas Terlihat Bodoh?

Dengan beberapa pengecualian, setidaknya ada dua model orang cerdas di dunia ini: Pertama, cerdas karena kecerdasannya. Kedua, cerdas karena anggapan. Sepintas, kedua model orang cerdas ini tampak sama dan sulit dibedakan. Tapi, jika dilihat beberapa pintas, perbedaan itu akan jelas kentara.

Kelompok pertama disebut cerdas sebab ia memiliki kecerdasan yang diperolehnya dari proses belajar yang panjang, bukan hasil semadi dan bukan pula dari tiupan jin di telinganya. Dia menjalani berbagai tahapan, baik berjenjang atau pun tidak sehingga kecerdasan pun melekat dan menjadi bagian dari dirinya. Kelompok ini memperoleh kecerdasan dari usaha-usaha sadar. Kecerdasan yang berada dalam ruang kesadaran ini bisa diuji melalui mekanisme tertentu.

Sementara kelompok disebut kedua adalah mereka yang tidak melalui proses disebut pertama. Kecerdasan yang terkadang melekat pada dirinya hanya berbasis anggapan, baik dari dirinya maupun dari orang lain. Dengan kata lain, dia menganggap dirinya cerdas atau ada orang lain yang menganggapnya cerdas. Jadi, kecerdasannya adalah kecerdasan anggapan. Kecerdasan model ini berada dalam ruang imajinasi sehingga “pengujian” menjadi tidak penting. Selama “anggapan” itu masih hidup, maka selama itu pula kecerdasan imajinatif itu akan melekat pada dirinya.

Nah, kenapa ada orang cerdas terlihat bodoh?

Ada dua jawaban yang bisa diajukan. Pertama, orang cerdas yang terlihat bodoh itu adalah pemilik kecerdasan anggapan. Karena kecerdasan yang dimilikinya hanya berada dalam ruang imajinasi dirinya dan orang lain, maka dalam kondisi tertentu “kebodohan dasar” yang ia miliki bisa saja muncul tiba-tiba di luar kontrol dirinya. Sebagai contoh, seorang yang berjubah panjang dan memiliki beberapa hafalan ayat suci sering dianggap sebagai simbol kealiman. Dalam hal ini, “kealiman” adalah bagian dari kecerdasan.

Anggapan semacam ini bisa muncul dari dirinya dan bisa pula dari orang lain yang mengaguminya. Karena dia menganggap dirinya cerdas dan kecerdasannya mendapat legitimasi dari anggapan orang lain, maka dalam kondisi tertentu ia bisa saja mengeluarkan pernyataan-peryataan bodoh yang dalam imajinasinya dianggap “benar” dan “dibenarkan” oleh orang lain yang menganggapnya cerdas. Dia dan pengagumnya tidak sadar bahwa pernyataan itu adalah pantulan dari kebodohannya yang selama ini terpendam. Dalam kondisi inilah dia terlihat bodoh di mata sebagian pengagum yang selama ini terlanjur menganggapnya cerdas.

Kedua, orang yang cerdas karena kecerdasannya juga terkadang bisa terlihat bodoh. Kondisi ini pada umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan si cerdas mengendalikan kebodohan yang melingkupinya sehingga ia pun tunduk pada kebodohan. Kemungkinan lain adalah karena ia berada dalam komunitas yang pro pada kebodohan sehingga kecerdasan akan dinilai bodoh, dan sebaliknya kebodohan akan dianggap cerdas. Dalam kondisi inilah si cerdas pun terjebak dalam irama kebodohan demi menyelamatkan diri dari tuduhan “bodoh.” Sebagai contoh seorang intelektual yang mengeluarkan pendapat “nyeleneh” demi kepentingan jabatannya.

Post a Comment

0 Comments