Politik Praktis dan Perubahan Perilaku

Politik, khususnya politik praktis secara psikologis dapat mengubah perilaku manusia. Kenyataan ini dapat dengan mudah kita temukan di mana saja dan pada sosok mana saja, tak terkecuali pada diri kita sendiri.

Perubahan perilaku yang terjadi pada sosok-sosok dimaksud tidak hanya berada dalam ruang positif, tetapi juga menyasar ke ruang negatif. Perubahan-perubahan tersebut biasanya muncul pada saat seseorang itu menceburkan diri dalam pentas politik praktis.

Ada sebagian oknum yang pada awalnya bejat, jahat dan bahkan bengal, tapi ketika ia masuk ke dalam ruang politik semisal menjadi caleg, maka dengan segenap daya dan upaya ia pun mencitrakan dirinya sebagai alim dan taat. Uniknya, banyak orang yang percaya dengan manipulasi konyol semacam ini dengan dalih dia sudah bertaubat.

Dengan demikian tidak perlu heran jika ada sosok yang sebelumnya jauh dengan masjid tiba-tiba berdiri di saf paling depan atau bahkan menjadi imam menjelang pemilu. Begitu pula dengan oknum yang dulunya dikenal pelit dan suka berdebat dengan tukang parkir tiba-tiba berubah menjadi dermawan paling budiman.

Namun demikian tidak tertutup kemungkinan ada pula sebagian orang yang benar-benar berubah dan perubahannya bersifat permanen setelah ia masuk ke ruang politik praktis, tetapi contoh untuk kasus-kasus semacam ini terbilang cukup langka.

Seperti telah disinggung, dalam sebagian kasus, perubahan perilaku tidak hanya terjadi ke arah positif, tetapi juga negatif. Kita mengenal sosok-sosok yang pada awalnya taat, alim dan bahkan saleh berubah menjadi sosok aneh yang penuh dengan lelucon.

Mungkin kita pernah menyaksikan teman atau sejawat yang pada awalnya pendiam dan berbicara sopan tiba-tiba menjelang pemilu menjadi sosok usil yang suka menyebarkan kebohongan terhadap lawan-lawan politiknya.

Post a Comment

0 Comments