Cita-Cita Jadi Tentara

Masa kecil dan masa remaja adalah masa yang penuh fantasi. Masa di mana kita memainkan imajinasi liar dan mimpi-mimpi besar. Sebagai sebuah imajinasi tentu ia tidak terikat dengan rumus-rumus logika yang pelik. Hanya dengan satu kedipan mata, imajinasi itu pun terbang melayang melintasi ruang pikiran anak manusia.

Seperti umumnya anak-anak, saya juga punya cita-cita di masa kecil dan remaja. Saat itu saya berkeinginan menjadi tentara kalau sudah dewasa. Saya tidak memiliki alasan yang jelas kenapa bercita-cita menjadi tentara. Yg jelas setiap melihat tentara di jalan atau TV, mata saya tak berkedip.

Karena cita-cita ingin jadi tentara itulah saya bergabung dengan Pramuka. Meskipun Pramuka bukan tentara, namun sebagai anak muda remaja, saya merasa dunia Pramuka dekat dengan tentara.

Cita-cita ingin menjadi tentara jika besar kelak juga mendorong saya untuk belajar beladiri. Saat itu saya belajar pencak silat dan karate. Saya pikir dunia beladiri juga dekat dengan tentara.

Kegilaan saya pada tentara di masa remaja juga mendorong saya melakukan hal-hal konyol, setidaknya untuk ukuran masa sekarang. Saat itu saya sering berfoto di studio foto Matangglumpangdua dengan gaya tentara. Seolah-olah saya sudah jadi tentara betulan, padahal masih sekolah.

Kekonyolan lainnya, saya memiliki sebuah buku catatan khusus yang memuat nama-nama teman di sekolah. Karena sejak remaja punya hobi mencatat, saat itu saya pun menulis nama semua teman saya di buku.

Nama teman-teman saya tulis lengkap dengan tambahan pangkat yang saya karang-karang sendiri. Misalnya Mayor. Maimun, Kopral Munzirman atau Kolonel Syukri dan seterusnya. Saat itu saya juga menulis nama sendiri di cover buku dengan pangkat Letnan Jenderal, lengkapnya Letjen. Inf. Khairil Miswar.

Kegilaan lainnya, semua meja yang pernah saya pakai di sekolah juga penuh dengan coretan. Di meja itu saya menulis berbagai kata dan istilah dalam dunia tentara seperti TNI AD, ABRI, infanteri, kavaleri batalion dan seterusnya.

Tidak hanya itu, di meja-meja itu juga penuh dengan gambar yang saya buat dengan spidol atau pulpen. Di antaranya gambar baret bertuliskan Kopassus, tank, pesawat tempur dan meriam. Saya juga sering menggambar wajah Saddam Husen yang menggunakan pakaian militer lengkap dengan baret.

Coretan dan gambar yang bernuansa ketentaraan juga saya buat di lemari di rumah. Di album-album foto juga penuh dengan stiker baret merah, baret hijau dan gambar senjata Ak-47. Stiker dan gambar itu sebagian saya beli toko buku.

Demikianlah imajinasi terus bergerak sampai saya menamatkan sekolah di MTsN dan MAN Peusangan. Dunia yang penuh fantasi itu pun berlalu seiring perjalanan waktu. Dan yang jelas cita-cita menjadi tentara tak pernah terwujud. Anehnya, adik saya yang dulunya tak pernah punya cita-cita seperti itu, saat ini dia justru sudah menjadi tentara.

Post a Comment

0 Comments