Tentang Kucing

Kucing adalah salah satu hewan yang cukup dekat dengan manusia. Disebut dekat karena dia termasuk hewan jinak yang bisa dijadikan teman. Sifat manja yang dimiliki kucing menjadikannya disayangi manusia, kecuali bagi para pembenci bintang.

Sejak kecil saya punya kegemaran memelihara kucing. Dulu, ketika masih kecil saya memelihara beberapa ekor kucing. Salah satu kucing yang paling saya sayangi waktu itu saya beri nama Jeumpa Kuneng.

Kucing itu saya pelihara sejak ia masih bayi. Anak kucing itu saya temukan di halaman rumah nenek. Sepertinya anak kucing itu dibuang oleh seseorang. Warnanya kuning dan ada sedikit belang. Ekornya panjang.

Setiap hari si Jeumpa Kuneng saya beri makan dari campuran nasi dan ikan. Saya juga menyediakan alas dari kain di teras rumah tempat dia tidur di waktu malam. Kucing itu juga sering saya ajak main sebagai teman.

Pernah suatu hari si Jeumpa Kuneng yang masih kecil itu kecelakaan. Dia ditabrak dengan sepeda motor oleh seseorang. Kakinya pincang dan berdarah. Ada perasaan sedih waktu melihat si Jeumpa Kuneng berjalan kepayahan.

Kakinya yang terluka dan patah saya obati dengan obat merah. Dalam waktu beberapa minggu dia kembali sehat dan sudah bisa berlari. Tapi kakinya tetap pincang sampai usia tuanya. Karena kondisinya yang demikian rasa sayang saya kepada kucing itu semakin kuat.

Saya kurang ingat berapa tahun kucing itu hidup bersama kami. Yang jelas dalam kondisinya yang lemah saya masih sempat bermain dengannya sampai akhirnya dia mati.

Tanpa sengaja saya temukan dia mati di belakang rumah. Saya sangat sedih waktu itu. Walaupun dia hanya hewan, tapi dia sangat dekat dengan kehidupan saya di masa kecil. Si Jeumpa Kuneng saya kuburkan di belakang rumah nenek, di tempat ia saya temukan dulu.

Setelah kematian si Jeumpa Kuneng saya tidak lagi memelihara kucing sampai saya dewasa. Namun begitu setiap ada kucing yang datang ke rumah, saya tetap memberinya makanan sampai kemudian binatang itu pergi entah ke mana.

Pada saat makan di warung saya juga punya kebiasaan demikian. Kalau ada kucing yang merengek di bawah meja, saya akan lemparkan ikan ke bawah. Saya melihat kucing-kucing itu makan dengan lahap. Kadang-kadang pemilik warung sampai marah karena lantainya saya lempari ikan. Tapi saya tak peduli, karena harga ikan itu saya bayar sehingga saya berhak memberinya kepada siapa saja, termasuk kepada kucing yang kelaparan.

Setelah hampir dua puluh tahun saya tidak memelihara kucing, beberapa bulan lalu seekor kucing yang sedang hamil mendatangi rumah saya. Melihat perutnya yang bunting saya memutuskan untuk kembali memelihara kucing setelah sekian lama berpisah dengan hewan itu.

Ibu kucing itu saya beri makan dan rawat sampai ia melahirkan dua anaknya yang berwana putih hitam. Saat ini kedua anak kucing itu sudah bisa berlari-lari dan bermain di halaman rumah. Mereka sudah menjadi penghuni rumah kami setelah sekian tahun tanpa kucing.

Post a Comment

0 Comments